BATU MBAH MARIJAN
Di sebuah desa jambu ku lihat ’’batu berwajah manusia’’ di lereng gunung berapi Yogyakarta aku mencoba kesana dengan pasukan mubil jip di bantu oleh tim dari penduduk , mas anwar’’maturnuwon jih ‘’telah mengantar dengan mobil gunung yang berkapasitas tingggi melaju dengan kecepatan maxsimal terasa angin menghembus sepoi sepoi basah dengan hembusan yang langsung menusuk tubuhku dari bukit bukit yang gundul lapang membentang tampak semua hitam sisa sisa dari erupsi ,jalan terjal menghadang di depan merosok dalam pandangan ku jurang dan jalur sungai berbatuan yang besar besar.untuk menuju ke daerah-daerah erupsi gunung merapi yang telah terjadi beberapa kisah yang lalu dimana seluruh desa di sekitar lereng gunung merapi ludes luluh lusuh terkena keganasan sang gunung berapi terbagar oleh panasnya lahar,tertutup oleh lumpur pasir batu yang terdorong oleh bersin sang gunung yang terucap oleh ku ‘’wedus gembel ‘’.Serasa terharu bercampur dengan rasa belaskasih terhadap penduduk desa sekitar yang tadinya hijau dengan kehidupan dan suara suara anak anak serta binatang ternak kini telah binasa,kini telah tiada ,kini telah habis rata tanah dan bebatuan yang beswar menimpanya serta rumah mbah marijan penunggu dan juru kunci gunung merapi.
PUISI
WEDUS GEMBEL KARYA:YUDI HARYANTO
angin semilir membuat hati nyaman dan tentram di lereng bukit yang indah
dimana tempat dan istana para kehidupan yang berhati mulia
dalam hilir hisap tangis karena tetesan gemuruh mu wedus.........gembel
gemuruh suaramu wedus....gembel murka menelan saudaraku yang mulia hati tak berkata
dasar kau wedus gembel taktau apa maumu dasar wedus....
murkamu menerjang kaum yang belum kenal subuh tiba
kau murka anak anak kau binasa
kau murka orang tua binasa
kau murka perawan janda kau terjang juga ...dasar wedus....gembel
dalamnya wadukmu kau ludahkan bersama liurmu
bongkahan batu...butiran mutiara yang ada kau liurkan juga
wedus...wedus kau punya mutiara kok hitam
hitam kulihat pekat yang orang dapat
hanya batu berwajah bonjrat kau dapat .